Masih berbicara soal hiruk-pikuk penggantian Menteri pendidikan Bapak Anies Baswedan, Hari ini saya menemukan artikel yang menarik dari beritatagar.id yang sempat melakukan wawancara eksklusif dengan pak Anies preihal penggantian dirinya yang dianggap nitizen cukup mengejutkan.
Saya sendiri adalah penggemar pak anies baswedan sejak saya kuliah dulu, malah sempat saya ikut tes beasiswa di Universitas Paramadina hanya biar bisa sering bertemu atau bila beruntung bisa hadir dikelas beliau, namun sayang keberuntungan itu belum berpihak pada saya.
Kembali ketema yang akan saya bahas dalam blog saya, berikut adalah cuplikan perbincangan yang saya kutip dari beritatagar.id wawancara yang dilakukan oleh Anang Zakaria didalam mobil pak Anies Baswedan dalam kunjungannya P4TK Yogyakarta.
Banyak orang tak mengira Anda terkena perombakan kabinet. Bagaimana tanggapan Anda?
Kalau ditanya bagaimana saya juga tidak tahu. Saya juga tidak mengira dan tidak dengar kabar-kabar (reshuffle). Biasanya media malah lebih cepat dengar, tapi (kali) ini kan sama sekali tak ada yang tahu.
Anda bertanya ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) apa alasan Anda diganti?
Saya tidak tanya. Sama sekali tidak. Saya analogikan saya ini adalah senopati. Senopati itu dikirim tugas harus siap, ditarik dari tugas pun juga siap.
Bukankah Anda tidak masuk dalam menteri dengan rapor merah…
Serapan anggaran Kemendikbud itu nomor dua paling tinggi. Artinya program berjalan. Kemudian soal audit, kami itu berstatus WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Lalu kami juga di posisi B plus atau A minus dalam kinerja kementerian. Jadi termasuk tinggi semua.
Dalam opini masyarakat pun Kemendikbud termasuk paling tinggi. Lalu, tingkat kepuasan masyarakat terhadap menterinya juga paling tinggi di antara menteri lain lho. Ya kalau lihat angka-angka (kami) memang tinggi.
Anda merasa kecewa?
Kita jangan bicara rasa. Kita sedang bicara dalam sebuah negara yang memiliki struktur. Ada pembagian wewenang. Ketika kepala negara memutuskan untuk cukup sampai di situ tentu ia punya pertimbangan. Saya justru menghormati Pak Presiden dengan hak prerogatifnya.
Beliau adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Saya adalah anak buahnya. Begitu ada perintah saya jalankan. Itu namanya disiplin organisasi.
Tapi Anda terbilang orang dekat Jokowi, bahkan sudah bersamanya sebelum jadi Presiden…
Saya ini menjalankan tugas dengan senang hati. Apakah saya siap? Saya siap. Apakah saya mengira (akan diganti)? Saya tidak mengira. Tapi saya tidak mau kecewa. Jalani saja. Saya harus siap dengan keputusan apapun yang dibuat Pak Presiden.
Tidak kecewa namun terkejut karena Anda merasa tidak akan diganti?
Mengejutkan. Tapi saya memilih siap untuk menjalani. Semua teman-teman tahu bahwa saya biasa dan tenang saja. Mulai dari berangkat ke Istana, bertemu Presiden, kemudian pulang dari Istana. Silakan tanya saja sama yang ikut satu mobil dengan saya.
Kapan Anda diberitahu Presiden?
Kira-kira jam 7 malam (sehari sebelum reshuffle). Saya dipanggil dan hari Rabu sudah serah terima (jabatan).
Apa yang dibicarakan dengan Presiden saat pemanggilan itu…
Kronologinya begini. Selasa malam saya ditelepon ajudan Pak Jokowi untuk datang ke Istana. Sampai Istana saya bertemu Pak Menteri Sekretaris Negara (Pratikno) dan Pak Menteri Sekretaris Kabinet (Pramono Anung). Mereka ditugasi menyampaikan ke saya bahwa Pak Presiden akan melakukan reshuffle dan salah satu yang direshuffle adalah saya. Keduanya lalu menanyakan apakah saya punya aspirasi atau punya harapan tentang tugas di tempat lain.
Jawaban Anda?
Saya katakan tak punya harapan dan aspirasi itu. Sebab membayangkan direshuffle saja tidak. Jadi saya tidak bisa membayangkan tugas di tempat lain.
Nah, di ruang Presiden, Pak Presiden menyampaikan permohonan maaf. Saya ucapkan terima kasih sudah diberikan tugas, kemudian saya serahkan paparan atas apa yang saya sudah kerjakan, termasuk rencana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2017 dalam bentuk info singkat.
Saat itu Presiden bertanya apakah saya ingin bertugas di tempat lain. Saya bilang tidak. Karena saya tidak pernah minta penugasan dan saya juga tidak pernah berpikir akan dicukupkan tugasnya. Jadi saya tidak punya bayangan tugas di tempat lain.
Berapa lama pertemuan itu?
Tak sampai lima menit.
Dapat tawaran posisi lain dari Presiden, menjadi duta besar misalnya?
Justru saya malah ditanya maunya (posisi) apa. Jadi bukan ditawari (jadi dubes) atau yang lain. Yang (menteri) lain ada yang menjawab mau jadi dubes, tapi saya enggak.
Anda tadi bilang Presiden minta maaf. Apakah menurut Anda ada tekanan politik terhadap Presiden dalam memilih menterinya?
Tidak tahu. Spekulasi kan banyak. Tapi saya tidak mau berspekulasi.
Jadi apa pertimbangannya Anda diganti dengan Muhadjir Effendy?
Saya tidak tahu.
Kabarnya Partai Demokrat menawari Anda menjadi calon gubernur di Jakarta tahun depan…
Saya belum dengar.
Apakah ada tawaran serupa dari partai lain?
Sekarang saya mau santai-santai dulu, istirahat sebentar. Tawaran-tawaran itu adalah bentuk penghormatan–yang saya apresiasi.
Artinya tawaran itu sudah ada?
Pokoknya nanti saja kalau sudah ada tawaran yang serius.
Jadi selama ini tawaran yang datang belum serius?
(Anies terdiam)
Ok. Sebagai mantan menteri, apa yang harus dibenahi soal pendidikan Indonesia?
Kualitas guru dan sekolah-sekolahnya. Sekolah itu harus menjadi tempat belajar menyenangkan dan membuat anak nyaman.
Untuk menjadi (sekolah yang) menyenangkan itu banyak konsekuensinya. Bobotnya harus proporsional dengan usia. Tantangannya juga harus proporsional. Selanjutnya adalah soal akses. Peruntukan pendidikan itu harus untuk semua. Bukan hanya pada sebagian.
Apakah guru sekarang dianggap tidak berkualitas?
Justru itu. Karakter mereka (guru) harus mau belajar terus. Mau mengambil ilmu terus.
Bisa teratasi dengan gagasan menteri pendidikan yang baru, penerapan full day school?
Saya memilih untuk tidak komentar, baik itu mendukung atau mengkritik. Saya menghormati Pak Menteri yang baru. Saya ingin jaga etika. Etikanya mantan itu adalah tidak mengomentari penggantinya yang sedang bertugas.
Apa kesibukan Anda sehari-hari setelah menjadi mantan menteri?
Saya mengantar anak sekolah. Kadang ada pertemuan, kadang ada tamu juga, atau membaca. Kadang saya juga pergi ke luar kota mengunjungi beberapa tempat. Saya suka keliling ke beberapa daerah.
Dalam rangka mengajar?
Enggak. Kalau mengajar kan harus terdaftar dulu pada jadwal semester di kampus. Sementara saya sudah cuti kemarin. Jadi dosen mata kuliahnya sudah penuh. Tapi saya tidak berencana ke kampus dulu.
Bagaimana dengan Indonesia Mengajar?
Itu (Indonesia Mengajar) sudah jalan. Saya masih jadi pembina di sana tapi tidak mengurus kegiatannya. Saya masih menikmati jadi orang bebas (tertawa).
———————————————–
Sehat selalu dan terus berkarya ya pak, kamu yang muda juga berkaryalah untuk bangsa Indonesia dengan cara yang kamu bisa. Saya sendiri juga terus mencoba melakukan hal yang berguna bagi bangsa Indonesia… Dirgahayu RI ke 71. Tulisan ini saya buat setelah lama sekali vakum menulis dan bertepatan libur Agustusan saya baru ada waktu buat menulis lagi.
0 Comments